Tulisan ini
adalah lanjutan catatan sewaktu mengunjungi Ibukota Jakarta tempo hari. Untuk Bagian
1 bisa dibaca di sini.
Selesai 3
hari kegiatan yang melelahkan di Jakarta #lebay *padahal cuma duduk dengar
ceramah, makan tidur trus dengar ceramah lagi, makan, tidur, gitu aja sih kegiatannya*,
tibalah saatnya pulang kembali ke pangkuan istri kampung halaman. Dan sesuai
rencana awal, untuk transportasi kembali ke Solo akan menggunakan jasa PO Raya
kelas Supertop dengan tiket yang sudah tertebus seharga 290k, jadwal berangkat jam 17.00.
Jadi ceritanya,
dulu setelah tiket Rosalia udah di tangan, langsung kontak Kakak Ipar yang
kebetulan kerja di Jakarta buat nyariin tiket Raya Supertop sesuai tanggal
selesainya acara. Gitu.. #gakpenting #skipajah #gaknanyajuga
Singkat cerita
(sebenarnya pengen cerita perjuangan untuk mencapai tempat keberangkatan bis di
daerah Lebakbulus, mulai dari nebeng fasilitas shuttle bus gratis dari gelaran
IIMS di JIExpo Kemayoran dan ternyata sudah terhadang macet bahkan sesaat
setelah bis keluar dari area pameran, kemudian ketika sampai di Pondok Indah
Mall yang menjadi tujuan akhir shuttle bus, bingung mau naik apa untuk ke
Lebakbulus karena di semua tempat ke semua jurusan macet cet cet hampir gak
gerak, padahal sudah hampir jam setengah 5, akhirnya panggil tukang ojek yang
mangkal sekitar mall, belum deal soal harga udah maen naik aja sambil bilang , “Tempat
naik bis di Lebakbulus yang dekat pool Kramat Jati, Bang. Ngebut ya..”. Udah
gitu Abang Ojeknya nurut banget, ngebut abiiiss.. Gang senggol, gang tikus,
gang semut, gang kelinci, semua diterobos.. Dan hasilnya.. Sukses! Lima menit
sampe depan agen bis Raya di bekas pom bensin Pondok Pinang. Tukang Ojek
Jakarta memang ajaib..!! Tapi cerita yang ini diskip aja deh, agak-agak gak
penting. #eh), jam 16.32 sampe di agen Bis Raya.
What?
Singkat cerita? Hallooouw.. Udah terlanjur muncul tuh, cerita segambreng..
Eh? Apa?
Mana? #mendadakamnesia #hakdesss
Yasutralah..
Lanjut..
Jam 16.32
udah duduk manis nungguin bis datang, masih ada cukup waktu buat isi perut
karena belum makan siang, sambil komat kamit berdoa semoga bis kali ini datang
tepat waktu. Sebenarnya ditempat itu sudah ada bis Raya yang parkir, tapi itu bis
kelas Executive 24, kalau tidak salah ingat seri C, dan itupun tak lama
kemudian sudah diberangkatkan.
Dasar rejeki anak
sholeh, doa mudah terkabul. Jam masih menunjukkan 16.55, bis putih merah yang
ditunggu udah datang. Kesan pertama begitu lihat bisnya adalah : kereeen..! Bis kinclong dengan body Legacy dari perusahaan karoseri
Laksana. #okesip
![]() |
Bis cakep.. |
Masuk ke
dalam bis, ada semacam de javu melihat kabin penumpangnya. Memang desain interior
sudah sangat berubah dari terakhir kali aku lihat, 14 tahun yang lalu #eh
#what? *yaelah, itu sih emang udah beda generasi kali..?* (lebih rapi dan sophisticated dengan
hiasan lampu LED di sekujur ruangan), namun kursi penumpangnya.. Masih sama! Ya,
kursi dari bekas pesawat DC 10 itu masih terawat rapi. Memang pada beberapa
bagian nampak terkelupas atau tidak utuh, namun secara umum penampilannya masih
terjaga, dan yang penting fungsi minimal untuk reclining masih bisa dilakukan
dengan baik dan lancar. Dan soal kenyamanan.. Ini yang membuatnya jadi legenda.
Asal julukan Si Kasur Berjalan langsung bisa diketahui begitu kita duduk di atas kursinya yang super
duper empuk, dan nyaman.. #acungjempollima
![]() |
Interior (abaikan si Embah Kakung) |
![]() |
My seat.. |
Soal selimut, jika di Rosalia Indah selimut dibagikan setelah bis berangkat, maka di bis Raya
ini selimut sudah siap tersedia pada masing-masing kursi. Memang tidak terlalu
wangi (mungkin karena kelamaan terpapar udara bebas), tapi lebih lebar dan
lebih lembut. #okesip
Baiklah,
mari kita berangkat.. Etapi mana nih penumpangnya? Jadwal berangkat udah lewat
5 menit, tapi yang sudah naik baru 6 biji, eh orang? Apa-apan ini? Tetiba ingat
kejadian molornya kedatangan bis Rosalia tempo hari, dan kini aku jadi mengerti.. Faktor
P! Penumpang Indonesia hobi banget ngaret ya?
5 menit
kemudian naik 2 orang, jadi 8 orang.
5 menit
kemudian naik lagi 1 orang, jadi 9 orang.
Ini kalau
seperti ini terus, dengan kapasitas 18 kursi, bisa-bisa jam 7 malam baru penuh
nih.. #herantapitidakpanik #tetapsantai
Yasutralah,
terserah deh mo pada datang jam berapa, terserah..
Bis mau
berangkat jam berapa, terserah..
Yang penting
aku udah pewe nih, kursi rebah maksimal, selimutan, siap-siap bobok imut meski
bis belum berangkat.. #ndeso #pedeaja
Jam 17.25
masuk lagi 1 orang, disusul Pak Sopir masuk dan siap di belakang kemudi, para
kru naik dan pintu ditutup rapat. Mungkin penumpang dari sini sudah habis,
nanti mampir ambil penumpang di agen yang lain..
“Wis
komplit, Pak, langsung joss..!”
Ternyata eh
ternyata, penumpang hari itu cuma 10 orang thok! #what? Langsung deh, para penumpang
bertebaran nyari tempat sendiri-sendiri di seantero bis. Jadi gak ada yang
duduk sebelahan sama penumpang yang lain. #asliasik
Bis langsung
dijalankan oleh pengemudi pertama (teman-teman bismania menyebutnya sopir
pinggir) dengan santai membelah kemacetan Jakarta menuju kearah tol lingkar
luar, yang ternyata sama juga kondisinya, pamer paha mulus (PAdat MERayap tanPA
HArapan, MUngkin LUsa Sampainya). ^_^ #aseek #disikutbini
Mampang Prpt
– Cilandak – Ragunan 500m, papan hijau dengan panah ke kiri atas di tengah
jalan tol lingkar luar itu yang terakhir aku ingat, karena setelah itu mata
sudah susah diajak kompromi. Langsung tarik selimut, baca doa dan zzzz… Bye bye
Jekardah..
Penilaian dari
perjalanan dengan bis enih :
Plus :
+ Bis keren (yaelah, pake bahasa laen
napa?)
+ Super nyaman, super lega, kursi super
empuk. #serius
+ Kru ramah, sopir bawa bis kalem.
+ Selimut lumayan lebar dan lembut.
+ Menu makan prasmanan so-so lah..
Minus :
-Kursi perlu direstorasi agar
penampilannya lebih wah.
Kesimpulan :
sangat recommended. Pengen naek lagi..
--dee--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar